SANTA
THEKLA
Wafat 120 M
Wafat 120 M
Hari
raya resmi: 23 April
Hari
raya tak resmi: 23 September
Muka Thekla muram. Orangtuanya baru saja memberitahukan bahwa dirinya akan ditunangkan dengan Thamirus, seorang bangsawan di kota Iconium (Asia kecil).
Thekla tidak berminat terhadap pernikahan. Yang diinginkannya hanya mengikatkan diri pada Kristus. Orangtuanya tidak tahu, sebab Thekla secara sembunyi-sembunyi mendengarkan ajaran Rasul Paulus.
Suatu ketika dia mendengar bahwa Rasul Paulus sedang berada di Iconium. Thekla ingin dibaptis. Dia meminta ijin orangtuanya. Sayangnya orantua Thekla tidak mengijinkan. Maka dengan nekat, Thekla meminta Rasul Paulus agar memabaptisnya. Sejak saat itu dia berikrar untuk tidak menikah seumur hidup. Dia ingin mengabdikan segala hidupnya hanya untuk Yesus Kristus.
Ibunya, Theokleia, terdiam, sementara ayahnya murka saat mengetahui niat Thekla untuk membujang seumur hidup. Ayahnya berusaha mempercepat pernikahannya.
Malam harinya, Thekla keluar dari kamarnya diam-diam dan melarikan diri. Esok hari, ibunya heran ketika Thekla masih belum bangun juga. Ibunya pergi ke kamarnya dan terkejut. Sontak, seluruh anggota keluarga mencari-cari Thekla di seluruh kota. Thekla diketemukan. Dia diseret di hadapan hakim oleh Thamirus dan orangtuanya. Thekla didakwa melanggar peraturan adat.
Hakim berusaha merayunya agar melupakan keinginannya. Thekla menolak. Hakim murka dan segera memerintahkan orang-orang untuk menyiapkan panggung yang dipasang kayu-kayu dibawahnya. Hakim akan membakar Thekla hidup-hidup.
Matahari tepat diatas kepala ketika beberapa orang membawa Thekla menaiki panggung. Ibunya sekali lagi membujuk. “Masih ada kesempatan kalau kamu berubah pikiran, Nak.” Tetapi Thekla tetap bersikeras dengan keinginannya.
Aneh, Thekla tak tampak takut. Matanya bersinar-sinar. Paras mukanya bak puteri raja sedang bertahta di singgasananya.
Api semakin membesar. Thekla tidak terlihat dari luar. Sekelilingnya diliputi api. Tiba-tiba ada kepulan asap hitam di tengah-tengah api. Kepulan itu seperti asap dari kayu basah yang terbakar. Belum genap satu jam, api mulai surut dan padam. Dan di tengah-tengahnya, Thekla tersenyum.Orang-orang bersorak-sorak atas kejadian ini. Hakim semakin marah. Dia memasukkan Thekla ke penjara kembali.
Esoknya, Thekla dikawal oleh prajurit ke dekat kandang singa. Pintu dibuka dan Thekla dipaksa masuk. Orang-orang merasa ngeri. Suara auman singa yang beberapa hari belum diberi makan tampak mengiris-ngiris pendengarnya. Singa itu mendekati Thekla perlahan-lahan. Penonton menahan nafas. Sebagian ada yang memalingkan muka. Tetapi aneh. Singa itu berbaring di dekat Thekla seperti seekor kucing. Berkali-kali singa itu hanya menjilat-jilat kaki Thekla.
Suara tepuk tangan penonton semakin hakim makin kalap. Dia lantas berpikir keras bagaimana caranya membunuh Thekla dengan cara mengerikan. Angannya lantas ingat suatu tempat di luar kota. Disana terdapat jurang. Beberapa lubang disana diisi oleh ular-ular berbisa.
Thekla dibawa ke dekat sumur kering dekat jurang. Di sebuah batu di bawahnya, tampak seekor ular besar sedang bergelung. Di depannya ular-ular kecil tampak berlalu lalang saling menjulurkan lidah.
Dengan penuh dendam hakim memerintahkan para pengawal membuang Thekla ke dalam lubang tersebut. Aneh. Tiba-tiba terdengar petir menggelegar di angkasa. Kilatnya memasuki lubang sumur kering tersebut. Ular-ular di dalamnya seketika mati terpanggang.
Para pengawal ketakutan. Hakim gemetar. Diam. Tak tahu harus berkata apa-apa. Berbagai pikiran berkecamuk di hati mereka. Siapa gadis ini? Apakah dia penyihir? Ahli tenun? Sehingga sukar sekali membunuhnya.
Hakim membebaskan Thekla. Tetapi dia tidak diijinkan memasuki kota Iconium lagi. Thekla bergembira. Dia berjalan ke kota Seleucia dan tinggal disana. Kesehariannya diisi dengan pertobatan, membantu orang-orang yang berkekurangan dan selalu menolak rejeki yang datang padanya. Thekla berniat untuk hidup miskin demi Yesus.
Thekla hidup menyendiri dalam doa di sebuah gunung di Syria. Seorang pemuda penyihir menemukannya dan berusaha menggodanya. Dia menutup semua jalan keluar dari gunung itu. Thekla berdoa pada Tuhan. Ajaib sebuah batu besar pecah di tengah-tengahnya, sehingga Thekla dapat melarikan diri di celah itu.
Thekla memang tidak mati karena siksaan orang-orang. Namun gereja tetap memberikan gelar martir kepadanya. Thekla dianggap martir wanita pertama. Dia meninggal pada usia 90 tahun karena usia lanjut dan dimakamkan di Seleucia.
Beberapa saat setelah wafatnya, beberapa gadis-gadis meniru cara hidupnya dan mendirikan biara di tempat Thekla menghabiskan sisa-sisa hidupnya. Sampai sekarang masih terdapat biara Santa Thekla di desa Ma’loula, Syria.
Tak terbilang banyaknya mujizat yang terjadi atas perantaraanya. Gereja Katolik memprasastikan keberanian Santa Thekla pada doa di upacara perminyakan suci, “Ya Tuhan, lepaskanlah jiwa orang ini yang akan berpulang sebagaimana Engkau melepaskan Thekla dalam serangan tiga rupa itu.