Mari Kita Saling Mengampuni
Demikian agung Tuhan, sampai kita heran, kenapa Dia mau menjadi manusia dan disalib. Sangat kuduslah Dia, sehingga kita mengeryitkan dahi, kenapa Dia membiarkan Dirinya dibantai hanya demi membuka pintu surga bagi kita.
Pemberontakan Adam dan Hawa sangat menyakitkan Tuhan. Segala kasihNya dibalas dengan dosa. Apa yang membuat Tuhan sedih bukan karena Adam dan Hawa harus pergi dari Firdaus, tetapi lebih dari itu, membawa konsekuensi segala ciptaan-Nya juga ikut dalam penderitaan. Dosa yang terlihat kecil bagi Adam membawa efek besar.
Tuhan tahu bahwa Ia harus adil. Dosa pemberontakan Adam harus diberi hukuman. Hukuman besar yang Ia tak ingin pikirkan sebelumnya. Sedemikian besar hukuman itu sampai menutup pintu surga bagi jiwa-jiwa lain. Sedemikian besar juga hukuman itu sampai tak ada manusia manapun dapat menanggungnya.
Adalah Yesus, Putera Allah, yang akhirnya mau menggantikan hukuman yang harus dijatuhkan Allah. Dia yang adalah pribadi Allah yang sanggup disiksa selama 12 jam dan 3 jam tergantung di kayu salib. Jika kita renungkan, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa jiwa manusia demikian agung di mataNya. Jiwa manusia begitu berharga sampai Ia merasa harus membuka pintu surga dengan darahNya yang tertumpah di kayu salib.
Jika Tuhan yang berada di tempat tinggi mau turun ke dunia hanya demi kita. Jika Tuhan yang kudus mau menjadi makanan hosti di misa-misa tiap minggu, lantas bagaimana dengan kita? Masihkan kita tidak mau mengampuni? Bermacam-macam alasan kita ungkapkan.
"Dia duluan."
"Dia kurang ajar."
"Masa aku dulu yang minta maaf?"
"Kan buka aku yang salah."
Apakah kita lebih tinggi dariNya? Apakah kita lebih mulia dari Allah sehingga kita merasa menjaga ego kita sendiri?
Marilah mengampuni. Pengampunan adalah mata uang yang berlaku di alam baka. Pengampunan membuat kita lebih mirip Yesus. Dan apabila kita mirip denganNya, apakah Dia mungkin menolak kita untuk satu tempat denganNya?
Tuhan tidak terlihat. Sangat sulit mencintai sesuatu yang tak terlihat. Maka, apakah Tuhan percaya kita mencintaiNya jika kita tak mencintai manusia ciptaanNya? Bagaimana mungkin kita bisa mencintai sesuatu yang tak terlihat, jika yang terlihat saja sukar untuk kita peluk.
Tumpahkan darah sendiri untuk membuat Tuhan senang, dan bukan darah orang lain. Tampar diri kita sendiri untuk menyatakan penyesalan dan bukan menampar orang lain. Kritik diri kita sendiri dan bukan mengkritik diri orang lain. Tuhan akan mengukur keberadaan diri kita sama dengan cara kita mengukur orang lain. Tuhan meminta kita berbelas kasihan dan bukan persembahan. Jika kita tidak pernah menghakimi orang lain, Tuhan juga tak akan menghakimi orang lain.
Powered by Blogger.